Monday, April 3, 2017

Musik kebangkitan geliat kota Lama


Saya bukan penggemar musik klasik. Bukan pula pendengar yang baik untuk musik-musik instrumental. Pengalaman saya dengan musik klasik tak lebih dari cerita alm. Mbah kakung yang memang mempelajarinya semasa belajar di sekolah guru Van Lith dan tumpukan-tumpukan kaset yang diputar sesekali saat week end. Tapi saya suka melakukan sesuatu yang jarang dilakukan atau setidaknya mencoba hanya sekedar iseng. I always love experiences.

gedung yang belum 100% renovasinya tapi sudah bisa seindah ini
Dan kali ini keisengan saya terdampar di sebuah gedung tua yang bahkan belum selesai direnovasi di kawasan kota lama semarang. Resital itu bertajuk Reborn The Spirit Chamber Recital. Kalau diingat-ingat, tipe resital semacam ini sudah dua kali ini saya ikuti. Yang pertama di salah satu moment kunjungan singkat di Yaman tahun 2011 silam. Lalu apa itu chamber recital?
Chamber music recital adalah sebuah pertunjukan music klasik yang digubah untuk kelompok musick dengan jumlah orang yang sedikit. Awalnya pertunjukan ini diadakan di dalam ruangan istana. Yang sudah pernah baca manga “Rose of Versailles” pasti tahu pertunjukan-pertunjuk music kecil yang diadakan di dalam ruangan di istana Marie Antoinette yang kadang diterjemahkan sebagai ruang salon. Dan karena diadakan di ruang terbatas, dengan pendengar yang terbatas juga, harus diakui saya menikmatinya. Jauh lebih menikmati yang seperti ini dibanding menonton sebuah konser besar. Setidaknya itu pendapat saya dari dua acara yang saya ikuti meskipun dengan jeda 5 tahun. Hmm… sepertinya beberapa hal memang gak berubah. 👅👅
Seperti judulnya “Reborn The Spirit” recital ini diadakan sebagai sebuah upaya untuk membangkitkan kota lama yang sudah terlalu lama mati suri. Bagian kota ini membutuhkan banyak darah segar untuk membangkitkan kembali kemegahannya. Bagi saya yang besar di kota ATLAS  ini dan melewati kota lama setiap hari, impian untuk melihat bagian kota ini menjadi seindah kota-kota tua di bagian dunia lain rasanya bukan lagi mimpi dan semakin nyata wujudnya.
Dan seperti juga judulnya, musik-musik dari recital ini sungguh musik-musik yang luar biasa. Pilihan-pilihan yang jarang dipertunjukan. Musik-musik yang penuh energi dari Eropa Timur yang berbeda dengan romantisme mendayu ala Eropa Barat yang pernah diperdengarkan alm. Mbah kung.
Pertunjukan ini dibuka oleh String Ensemble dari SMP Dominico Savio dan sebuah pertunjukan piano tunggal oleh seorang gadis mungil nan cantik. Melihat anak-anak yang masih SMP berkolaborasi semacam ini (dan  kenyataan bahwa saya bekerja untuk yayasan yang sama) rasa bangga mau gak mau nyelip juga. Hehehe….
string ensemble dari domsav

string ensemble dari domsav


Setelah sambutan-sambutan, romantisme dibangun oleh suara indah penyanyi soprano E. Maharani dengan iringan piano lembut dari mbak Ade Simbolon. Kemudian kita sedikit jalan-jalan ke Brazil dan berpesta jazz klasik dengan alunan petikan gitar dari Henry. Belum lagi duet gesekan cello mas Asep Hidayat dan petikan gitar Henry makin memanjakan telinga saja.
E Maharani dan suara Sopran nya

Henry dan petikan gitarnya

Mas Asep dan Henry yang bikin romantis

Menu utama recital ini disajikan setelah jeda istirahat yang gak lama. Sekedar melenturkan kaki yang penat duduk. Pilihan menunya menurut saya sangat sexy. Entah kebetulan, entah tidak, tapi ditengah issue sejarah 65 yang sedang didiskusikan dimana-mana, mbak Ade dan mas Asep memilih gubahan Amir Pasaribu dengan tema-tema asia seperti cina dan vietnam sebagai salah satu menu utama. Lalu ada hentakan energi dari Hungaria dan Rusia. Dessert hentakan manisnya pesta ala Eropa Timur pada encore mau tak mau membuat para pendengar melakukan standing applause.
mbak Ade dan mas Henry. duet yang mempesona
Last but not least, thank you very much pada Gaung Dawai dan teman-teman untuk pengalaman menyenangkan ini setelah bertahun-tahun. Mungkin masih banyak kekurangan (seperti soal sound dan nyamuk), tapi itu toh bisa diperbaiki jika suatu saat ada kesempatan seperti ini lagi. 
para pendukung acara