Wednesday, September 7, 2016

ini agamaku urus sendiri agamamu

yang mau baca silahkan baca, yang mau komen silahkan komen, tapi ini sekedar unek-unek pribadi. 

duh dari judulnya sama kalimat awalnya kok hawane dah BT tingkat kecamatan ya. tapi serius gondok banget sih kalau sudah nyerempet soal seperti ini.
ceritanya kemarin dapat cerita dari kanjeng mami yang bikin hawa-hawa bikin kulit jadi tipis.
kanjeng mami kebetulan disambati oleh tetangga yang mau mantu kemarin. keluarga itu memang keluarga muslim dan kebetulan mempelai wanitanya juga berjilbab. dan karena kami tetangga baik dan terbiasa saling nyambat ya dengan senang hati bapak sama ibu dengan senang hati membantu. karena tahu kami dari keluarga non muslim, yang punya hajat juga sudah menghubungi pihak perias (yang ternyata teman ibu waktu muda) agar ibu dirias berbeda mengenakan kebaya biasa dan sanggul. 
menurut cerita kanjeng mami sih dah disuruh kumpul jam 7 pagi nan untuk dirias. tiba-tiba si ibu RT *gak jelas* bilang kalau yang dirias yang pakai jilbab. ibuku dengan santai ya nunggu saja dan cuma bilang "iya, gak pa pa" eh si ibu RT ajaib ini malah bilang, "ya mbak di jilbabin aja sekalian," ibuku kaget katanya tapi masih santai bilang kalau gak perlu. bukannya diam si ibu itu malah nambahin "kan anaknya juga sudah muslim dan berjilbab, ayahnya kan juga namanya mochamad," titik itu ibuku gak bisa diam. agak keras ibu bilang kalau memang kami sekeluarga beda-beda dan kalau itu tidak bisa diterima dan memang dipaksakan berjilbab mungkin lebih baik ibu gak usah jadi among tamu juga gak papa.
masalah diredakan dengan kedatangan perias yang langsung bilang kalau untuk ibu memang dibedakan sesuai pesanan yang punya hajat. karena si ibu RT aneh plus gak jelas dikalikan ajaib itu diam ya sudah ibuku diam juga.
dapat cerita seperti itu rasanya pengen njahit mulut si ibu RT itu. sebagai keluarga katolik, keluarga kami memang minoritas. dalam 1 rt yang berisi 50 kk, cuma ada 3 keluarga katolik. bertahun-tahun hampir tidak ada masalah besar yang menyangkut agama. keluarga kami juga cukup aktif di lingkungan RT dan cukup dikenal di kelurahan karena bapak dan ibu memang aktivis sejak masih muda. seumur-umur baru sekali ini disinggung soal agama.
keluarga kami memang beragam. dalam keluarga besar masing-masing, hanya ibu dan almarhumah budhe yang katolik, sementara bapak satu-satunya katolik dalam keluarga besarnya. ketika adekku menjadi mualaf, menjadi Islam, dan bahkan berhijab dan berusaha syar i, sebagai keluarga kami memberikan dukungan penuh meskipun prosesnya tidak mudah. ketika saya berniat untuk menikahi seorang muslim meskipun gak jadi tanpa berubah agama pun keluarga terdekat saya tidak mempermasalahkan. bagi kami agama adalah urusan kami pribadi dengan apa yang kami percaya dan Tuhan. yang harus digaris bawahi di sini bahwa tidak ada satupun dari keluarga kami yang saling mempengaruhi. setiap orang punya pandangan masing-masing, iman masing-masing, dan jalan keselamatan masing-masing.
terlebih soal hijab, buat saya setiap orang berhak memilih termasuk apa yang mau dikenakannya. mau pakai burqa, mau pakai hijab, mau pakai rok mini, mau pakai bikini juga terserah selama itu adalah pilihannya sendiri. jadi ya jangan memaksa untuk mengenakan apa yang tidak ingin kami kenakan.
setahu saya dalam Islam ada kalimat bagimu agamamu dan bagiku agamaku. buat saya, ini agamaku, urus sendiri agamamu. jika menjadi Islam, berhijab, sholat dan lain-lain adalah jalan baikmu dan jalan keselamatanmu, bukan  berarti jalan itu berlaku untuk semua orang.

No comments:

Post a Comment