Tuesday, January 24, 2017

Istirahatlah Kata-kata; Sebuah Melodi Tanpa Coda

Awal minggu ini berkesempatan memberi sedikit vitamin pada otak yang sedang jenuh. Terima kasih untuk yang sudah rela menemani dan mengurangi jam tidur demi nomat. I really appreciate it.

huft.....
yang berniat menonton film ini untuk refreshing, lupakan saja. film ini tidak ada refreshnya blas.
"makanya yang nonton dikit mbak," *ngomong ma diri sendiri*
kalau yang melihat jadwal nonton di 21cineplex akan melihat ini sebagai film biografi. menurut saya sih gak sepenuhnya biografi. buat saya lebih cocok dibilang kisah pelarian.

film ini berkisah tentang proses pelarian seorang penyair bernama Wiji Thukul sejak insiden kerusuhan 27 Juli 1996 yang melibatkan PRD pada masa orba. lelaki sederhana ini meninggalkan semua yang dimilikinya karena puisi-puisinya yang menyerang pemerintah. kata-kata yang jujur yang mewakili kebosanan rakyat pada rezim bobrok yang hanya gemilang di luar tapi penuh borok di dalam. rezim milik the smiling general.

tak seperti film-film populer, film ini tenang, terlalu tenang pada moment-moment tertentu. seperti sebuah meditasi visual. tidak ada music yang menghentak, tidak ada gambar yang fantastis, tidak ada make up yang ajaib. film ini bersih. kalau saya bilang film ini seperti seduhan green tea diantara asupan radikal bebas sinetron TV gak jelas. yang ada di film ini adalah alunan puisi dari sepasang mitraliur tak sempurna. 

partner nonton saya berkomentar bahwa film ini membuat dia merasa seperti kembali ke saat-saat dia menjadi bagian dari pergerakan 1998. saya tidak punya pembanding yang sama karena saat itu saya hanya merasakan efek jauh. saya tidak terlibat periode itu. tapi entah kenapa saya merasa memahami kengerian sekaligus heroismenya. kisah-kisah yang saya dengar dari keluarga dekat cukup membuat saya seolah ada di sana. 

ketika film berakhir, kami tak juga beranjak. rasanya seperti butuh jeda untuk bernafas. rasanya seperti mendengarkan lagu yang terus meninggi tanpa ada ritme closing. seperti melodi yang tak punya coda. dan emosimu terlanjur ada di atas. kata partner nonton saya, film ini endingnya gak jelas. buat saya film ini memang tak seharusnya punya ending kita sang tokoh yang diceritakan hingga sekarang tak tahu apakah sudah berakhir atau tidak.

"aku tidak ingin kamu pergi, tapi aku juga tidak ingin kamu tinggal. aku hanya ingin kamu ada"
-sipon- 

ISTIRAHATLAH KATA-KATA

istirahatlah kata-kata
jangan menyembur-nyembur
orang-orang bisu

kembalilah ke dalam rahim
segala tangis dan kebusukan
dalam sunyi yang mengiris
tempat orang-orang mengingkari
menahan ucapannya sendiri

tidurlah kata-kata
kita bangkit nanti
menghimpun tuntutan-tuntutan
yang miskin papa dan dihancurkan

nanti kita akan mengucapkan
bersama tindakan
bikin perhitungan

tak bisa lagi ditahan-tahan

solo, sorogenen,

12 agustus 1988

copied from here

No comments:

Post a Comment