Thursday, October 8, 2015

rayya, Cahaya di atas cahaya

akhirnya nonton film ini juga setelah diiming-imingi si mas tukang potret yang hobby nonton film penggemar berat Cak Nun, Gholib Marsudi. gara-gara ini lah jadi hunting di youtube.

yup, youtube. kenapa? karena gak pernah denger film ini di bioskop. jadi iseng cari di youtube n nonton full movienya. sinopsis filmnya bisa dicari dengan gampang di wikipedia indonesia. singkat, padat dan jelas :p

 kalau menurut saya pribadi, film ini drama banget. sesaat di awal, film ini mengingatkan pada 3 hari untuk selamanya produksi miles. tapi latar film yang beda dan liat si om-om ganteng Tio Pakusadewo cukup membuat saya bertahan buat nonton.

entah kenapa, tokoh Rayya ini mengingatkan tentang Marlyn Monroe, bintang paling bersinar di jamannya. irresistible kata orang. cantik, cerdas, tau yang diinginkan dan cara mendapatkannya, mempesona, tapi tidak bisa menerima penolakan. well, pernah dengar syndrom semacam ini tapi lupa namanya :p dan begitulah karakter Rayya ini. meskipun buat saya Titi Syuman kurang "bintang" untuk memerankan tokoh ini tapi entah lah, mata saya mata orang awam bukan? :)

tokoh Arya yang diperankan Tio Pakusadewo buat saya ngangkat banget. jujur saja mungkin saya kangen dengan acting orang-orang seperti si om ini. saya kangen kematangan perannya, meskipun sumpah, dia gak banget waktu baca puisi abal-abal itu, tapi saya in love di adegan sunset dimana Arya dan Rayya berbalas kalimat. siluet yang indah, dipadu dengan kalimat-kalimat indah itu menurut saya salah satu kesempurnaan.

sepertinya ide ceritanya adalah bagaimana dua orang dengan permasalahan masing-masing berusaha menemukan makna dalam hidupnya. masalahnya si gak jauh-jauh dari cinta. dan proses penemuan itu digambarkan dalam sebuah perjalanan. bagi saya konsep dasar seperti ini jamak digunakan. dan bagi saya memang cukup catching. sebuah perjalanan, sebuah proses sebuah jeda dibutuhkan oleh semua orang.

yup, setia orang membutuhkan jedanya masing-masing. ketika ada masalah, ketika seolah semua tidak berjalan seperti yang kita inginkan dalam hidup (atau secara sempit digambarkan sebagai relationship) kadang kita perlu membuat jarak. membuat jarak dari masalah tersebut. memetakan plus dan minusnya, menerima kesalahan kita, dan berdamai dengan diri sendiri. dengan begitu kita bisa berdamai dengan dunia (atau orang lain). dari sisi Rayya, kita belajar bahwa ketika kita tidak berdamai dengan hidup kita sendiri, maka kita juga akan bermusuhan dengan dunia. karakter Arya sendiri mengajarkan bahwa ikhlas itu tak hanya sekedar ide tak hanya sekedar keinginan, keputusan, tanpa tindakan. keikhlasan butuh tindakan nyata. kadang membiarkan sesuatu berlalu juga adalah keputusan yang baik.

tapi film ini bikin saya kangen nonton tiga hari untuk selamanya :D  

No comments:

Post a Comment